Membangun Optimisme Di Saat Krisis

crisis Sampai akhir tahun 2008 ini, krisis ekonomi global masih mencengkeram hampir seluruh manusia di muka bumi ini. Bahkan menurut para ahli analis ekonomi, krisis yang terjadi saat ini baru awalan atau pembukaan dari krisis sebenarnya yang akan mencapai puncaknya di 2009 nanti. Dan diprediksi keadaan ekonomi global baru stabil lagi minimal setelah 3 tahun dari sekarang, yaitu sekitar akhir 2011. Dampak buruk krisis ekonomi global ini sudah mulai dirasakan mulai saat ini, antara lain dengan banyaknya perusahaan yang mulai gulung tikar dan mulai mem PHK karyawannya yang jumlahnya mencapai puluhan ribu. Pabrik tekstil di Bandung yang basis utamanya adalah ekspor sudah mem PHK ribuan karyawannya terlebih dahulu, prediksinya sekitar 30.000 karyawan akan di rumahkan seiring berjalannya krisis ekonomi global ini. Hal ini terjadi karena negara tujuan ekspor mereka, sebagian adalah Amerika, juga mengalami krisis yang sama, sehingga daya belinya menurun drastis, bahkan banyak yang membatalkan pesanan. Ancaman PHK atau pengurangan karyawan juga membayangi industri otomotif yang sebagian besar komponenya impor, sebab selain daya beli konsumen yag menurun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga melemah.

Kita akan sering menghela napas panjang dan mengurut dada melihat kondisi ekonomi global saat ini. Bahkan tindakan kita bisa lebih ekstrim dari itu jika kita adalah bagian dari korban dampak krisis tersebut. Bagaimana tidak, saat sebelum krisis ini saja kehidupan sebagian rakyat Indonesia saja sudah pas-pas an, UMR (Upah Minimum Regional) yang diterima para karyawan (pabrik) masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok secara standar layak. Apalagi kalau akhirnya terjadi PHK besar-besaran…..wuiiihh akan banyak sekali dampak buruk ikutannya yang segera muncul ke permukaan.

Untuk awalan barangkali sangat wajar, jika kita akan banyak mengeluh bahkan menangis mengahadapi krisis ini. Banyak orang akan menderita, stress dan putus asa berhadapan dengan keadaan susah ini. Tapi, apa iya kita akan hanyut terus mengikuti irama krisis yang diprediksi akan berlangsung selama 3 itu ? Apa iya selama 3 tahun itu kita akan pasrah terus terhadap keadaan susah, merenungi nasib, berharap keajaiban akan turun begitu saja dari langit tanpa berbuat apa-apa ? Tentu saja tidak. Masing-masing kita punya tanggungjawab, minimal tanggungjawab untuk dirinya sendiri. Minimal kita punya raga yang harus diberi makan, kita punya jiwa yang tidak boleh merasakan kesedihan terus, tapi juga butuh merasakan kegembiraan. Belum lagi jika kita sudah punya keluarga, anak, istri yang harus diberi penghidupan. Kita tidak boleh terlalu lama pesimis, putus asa, putus harapan saat menghadapi kesukaran kalau kita, keluarga kita mau tetap eksis di muka bumi ini. Silahkan membaca biografi orang-orang sukses di dunia ini, kebanyakan mereka menjadikan keadaan sangat susah yang menimpa dirinya menjadi titik balik, titik awal untuk bangkit dan meraih kesuksesan yang lebih baik dari sebelumnya. Kesuksesan dapat mereka raih dengan berbekal rasa optimisme,keyakinan bahwa mereka mampu bangkit dan kerja keras. Banyak orang yang bisa membangkitkan kreatifitas berpikirnya justru saat mengalami kondisi sulit. Dapat membangkitkan potensi dirinya, yang selama ini tertidur, saat mengalami situasi darurat.

Analogi atau perumpamaan gampangnya adalah, saat kita sedang berjalan santai tiba-tiba terdengarimage  gonggongan anjing yang sesaat kemudian mengejar kita. Dengan gerak reflek yang begitu cepat, serat merta kita lari tunggang langgang menghindari sang anjing tersebut. Sampai beberapa saat pelarian kita, tiba-tiba kita dihadapkan pada got/saluran air selebar 1.5 m yang menjadi penghambat usaha pelarian. Kita hanya diberi 2 pilihan dalam situasi tersebut, pilihan pertama kita harus melompati got selebar 1.5 m agar terhindar dari gigitan anjing yang mengejar tadi, atau pilihan kedua, kita tidak mau melompati got tersebut karena takut jatuh.  Masing-masing pilihan mempunyai resiko yang berbeda-beda, pilihan pertama beresiko terjatuh saat melompati got tapi terhindar dari gigitan anjing. Resiko pilihan kedua adalah digigit anjing dan bahkan bisa terjatuh ke dalam got juga, sebab saat anjing menggigit maka gerakan meronta kita bisa mengakibatkan hilangnya keseimbangan tubuh sehingga beresiko besar jatuh juga ke dalam got. Kalau pilihan saya pribadi, saya akan memilih pilihan pertama, sebab tujuan saya lari adalah menghindari gigitan anjing, sehingga segala daya dan upaya saya kerahkan untuk itu. Saya akan nekad melompati got,walaupun tahu resikonya terjatuh, tapi daripada saya digigit anjing dengan resiko terkena penyait rabies, maka resiko terjatuh saya abaikan. Saya yakin sekali bisa melompati got selebar 1.5 m tersebut. Keyakinan ini mungkin tidak saya miliki saat kondisi normal, saat tidak sedang dikejar anjing. Saya akan berpikir sekian kali untuk mencoba melompati got tersebut, untuk apa susah susah ambil resiko terjatuh, mendingan mencari jalan memutar walaupun agak jauh.

Situasi dalam analogi atau perumpamaan di atas dapat diterapkan dalam menghadapi situasi krisis ini. Saat kita menjadi korban PHK, perumpamaannya adalah saat kita dikejar anjing. Jika kita tetap diam dengan situasi PHK tersebut maka kita akan merasakan “gigitan” berupa kekurangan pangan, kekurangan sandang dll. Kita harus berpikir cepat dan kreatif untuk menghadapi kesulitan tersebut. Terkadang kita juga harus berpikir nekad untuk mencoba terobosan baru menghindari atau menghadapai kesulitan tersebut. Saat inilah kita memerlukan rasa optimis, keyakinan bahwa kita mampu menghadapi dan menyelesaikan kesulitan. Saat inilah kita akan membangkitkan segala ide dan potensi yang selama ini tertidur dalam diri kita. Tetapi jika yang muncul adalah rasa pesimis maka kita akan membiarkan diri kita “digigit” oleh keadaan, resikonya kita akan mendapat “penyakit” dampak buruk dan bisa mati secara mengenaskan.   

Agar rasa optimis bisa tumbuh dan menguat dalam diri ini, kita juga harus segera sadar bahwa kita masih punya sandaran untuk dimintai pertolongan, yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dia senang jika para hambanya, manusia, berdoa dan meminta kepada Nya. Karena hal itu mencerminkan rasa rendah diri manusia dihadapan Tuhan nya, hilangnya rasa kesombongan karena ketidakberdayaan manusia menghadapi kehidupan dunia ini. Tuhan justru akan marah jika manusia merasa sangat yakin (over confidence) dengan kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapai segala kesulitan, karena dengan begitu manusia merasa tidak lagi membutuhkan pertolongan Tuhan, hal ini dapat melahirkan Firaun Firaun baru yang mengaku dirinya Tuhan karena  mempunyai rasa yang berlebihan terhadap kekuasaan dan kemampuan yang dimilikinya.

Updated: December 22, 2008 — 11:17 am

1 Comment

  1. wacana yang menarik mas
    salam kenal

Comments are closed.