Siap Menang, Siap Kalah

Technorati Tags: ,

loser Saat ini daerah tingkat I Propinsi Jawa Barat sedang mengadakan finalisasi penghitungan suara hasil Pilkada Gubernur 13 April 2008 yang lalu. Berdasarkan quick count, peraih suara terbanyak saat ini adalah pasangan Ahmad Heriyawan-Dede Yusuf (HADE) yang diusung oleh koalisi PKS-PAN. Proses demokrasi yang berlangsung di Jawa Barat itu ternyata ternodai oleh peristiwa pengrusakkan kantor DPD PKS Kabupaten Bandung menggunakan bom molotov oleh orang tak dikenal. Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi dasar pengrusakkan itu. Ada yang memperkirakan pengrusakkan itu terjadi sebagai reaksi atas unggulnya jumlah suara yang diperoleh pasangan HADE. Peristiwa serupa terjadi di kota Solo sekitar tahun 1999 yaitu dengan dibakarnya kantor pendopo kota Solo sebagai reaksi atas kalahnya salah satu calon presiden di pemilu 1999.

Kedua peristiwa itu adalah cerminan betapa rendahnya kesadaran demokrasi sebagian masyarakat Indonesia. Demokrasi memang akan memberikan 2 konsekuensi logis dari proses yang dijalankan, yaitu ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Seringkali pihak yang kalah tidak mau menerima kekalahannya walaupun proses demokrasi yang terjadi sudah berjalan secara fair dan sesuai aturan yang berlaku. Tetapi rasa kecewa yang berlebihan pada pihak yang kalah dilampiaskan dengan bertindak anarkis.

Perbuatan anarkis sebagai pelampiasan rasa kecewa yang berlebihan adalah cerminan manusia yang tidak siap kalah dalam menghadapi persaingan hidup. Dalam menghadapi kehidupan ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk mendapatkan kemenangan (siap menang) maka seharusnya kita juga mempersiapkan diri untuk kalah. Siap kalah artinya saat kita berusaha untuk meraih kesuksesan (kemenangan) dan belum diberi kesempatan mendapatkannya maka dirinya tidak mengkambinghitamkan, tidak menyalahkan kemenangan/kesuksesan orang lain tetapi menginstropeksi diri, mengambil hikmah, mengambil pelajaran atas lepasnya kemenangan/kesuksesan dari dirinya. Mengapa kita harus siap kalah ? Sebab kehidupan ini tidak bersifat tetap/statis tetapi selalu berubah/dinamis. Suatu saat kita sebagai pihak yang menang di saat yang lain sebagai pihak yang kalah. So, menang dan kalah adalah biasa saja tidak usah di dramatisir apalagi kecewa berlebihan, karena jika kecewa berlebihan lambat laun kita akan menyalahkan Tuhan sebagai penentu takdir.

Updated: April 16, 2008 — 9:00 am